Pendaftaran Calon Siswa AMF IIBS

Model Pembelajaran AMF International Islamic Boarding School

Model pembelajaran yang dikembangkan di Pondok Pesantren Internasional Abdul Malik Fadjar adalah living education. Model ini menekankan pengembangan dan perbaikan pendidikan melalui refleksi dan tindakan berkelanjutan. Elemen-eleman dan ciri-ciri living education:

Personal dan Kontekstual

Living education bersifat personal dan konteks-spesifik yang berakar pada pengalaman individu pendidik dan peserta didik dalam pengaturan pendidikan mereka yang unik.
Praktik Reflektif

Praktisi terlibat dalam refleksi terus menerus terhadap praktik mengajar mereka. Mereka menganalisis tindakan mereka, pengalaman, dan hasil pengajaran mereka secara sistematis untuk memahami apa yang berhasil dan mengapa.

Pengembangan Teori

Pendidik secara aktif bekerja untuk membangun teori pendidikan mereka sendiri. Teori ini tidak bersifat abstrak atau terlepas, tetapi muncul dari pengalaman hidup pendidik.
Perbaikan dan Pertumbuhan
Tujuan dari teori living education adalah untuk berkontribusi pada perbaikan dan pertumbuhan pendidikan. Pendidik menggunakan teori mereka untuk membuat keputusan yang berdasarkan informasi, menyempurnakan praktik mereka, dan berkontribusi pada bidang pendidikan secara keseluruhan.

Komunikasi dan Berbagi

Praktisi berkomunikasi dan berbagi teori hidup mereka dengan orang lain. Berbagi ini dapat berbentuk penulisan, presentasi, atau diskusi kolaboratif. Ide ini adalah untuk berkontribusi pada pemahaman kolektif praktik pendidikan yang efektif.

Etis dan Berbasis Nilai

Teori pendidikan hidup sering melibatkan pertimbangan prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai. Pendidik merenungkan dimensi etika praktik mereka dan berusaha untuk menyelaraskan pengajaran mereka dengan nilai-nilai yang sangat mereka pegang.

Dengan terlibat dalam teori pendidikan hidup, pendidik dapat berkontribusi pada pengembangan berkelanjutan bidang ini, membina budaya perbaikan berkelanjutan, dan menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif dan bermakna untuk siswa mereka. Ini adalah pendekatan praktik dan penelitian pendidikan yang dinamis dan berkembang.

Pada praktik pembelajaran, living education akan diwujudkan dalam semua pembelajaran mata Pelajaran atau bidang mata pelajaran.

Living Qur’an. Living Qur’an pada hakekatnya bermula dari fenomena Qur’an in Everyday Life, yakni makna dan fungsi al-Qur’an yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim. Dengan kata lain, memfungsikan al-Qur’an dalam kehidupan praksis di luar kondisi tekstualnya. Dalam pelaksanaan Living Qur’an, tahapan-tahapan pembelajaran al-Qur’an seperti berikut ini akan ditempuh, yaitu: a) Tahsin (perbaikan bacaan al-Qur’an), b) Tahfidz (menghafal al-Qur’an), c) Tafhim (memahami kandungan ayat/surat yang dihafal); dan d) Tatbiq (mempraktikkan ayat / surat al-Qur’an yang dihafal dan difahami.

Living Language

Living Language mencakup berbagai perspektif dan pendekatan yang bertujuan untuk memahami bagaimana bahasa berfungsi, berevolusi, dan beradaptasi dalam konteks kehidupan nyata. Berikut adalah beberapa aspek kunci dari teori bahasa hidup:

Dinamika dan Perubahan. Bahasa hidup bersifat dinamis dan selalu berubah. Mereka berkembang seiring waktu sebagai respons terhadap perkembangan sosial, budaya, dan teknologi. Perubahan linguistik dapat terjadi pada berbagai tingkatan, termasuk fonetik (suara), morfologi (struktur kata), sintaksis (struktur kalimat), dan semantik (makna).

Konteks Sosial dan Budaya. Bahasa erat kaitannya dengan konteks sosial dan budaya. Bahasa mencerminkan dan membentuk identitas, nilai, dan norma suatu komunitas. Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengeksplorasi hubungan antara bahasa dan masyarakat, mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam kelompok dan konteks sosial yang berbeda.

Pengambilan dan Pembelajaran Bahasa. Teori bahasa hidup juga melibatkan pemahaman tentang bagaimana individu mengakuisisi dan belajar bahasa. Ini mencakup akuisisi bahasa pertama pada anak-anak dan akuisisi bahasa kedua pada orang dewasa.
Linguistik kognitif mengeksplorasi proses kognitif yang terlibat dalam pembelajaran bahasa dan faktor-faktor yang mempengaruhi akuisisi bahasa.

Komunikasi. Pada intinya, bahasa adalah alat komunikasi. Teori bahasa hidup menekankan fungsi komunikatif bahasa, mencakup aspek verbal dan non-verbal dari komunikasi. Pragmatika adalah bidang linguistik yang mempelajari bagaimana konteks memengaruhi interpretasi makna dalam komunikasi.

Multilingualisme. Banyak masyarakat bersifat multibahasa, dan teori bahasa hidup mempertimbangkan koeksistensi dan interaksi bahasa-bahasa yang berbeda. Bilingualisme dan multilingualisme adalah bidang studi yang memeriksa efek kognitif dan sosial dari berbicara lebih dari satu bahasa.

Variasi Bahasa. Variasi melekat dalam bahasa hidup, dan keberagaman linguistik ada baik dalam maupun di antara komunitas.
Dialektologi mempelajari variasi regional dan sosial dalam bahasa, sementara linguistik historis mengeksplorasi perubahan bahasa dalam periode waktu yang panjang.

Pengaruh Teknologi. Teori bahasa hidup juga mempertimbangkan dampak teknologi pada bahasa, termasuk munculnya medium komunikasi baru, penggunaan bahasa digital, dan pengaruh internet pada evolusi bahasa.

Living Learning of Science

Living Learning in Science pada umumnya merujuk pada pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan pembelajaran akademis dengan pengalaman dunia nyata dan sering melibatkan kegiatan langsung dan praktis. Dalam konteks sains, pendekatan ini dapat menjadi sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman yang lebih dalam terhadap prinsip-prinsip ilmiah dan mendorong gairah terhadap subjek tersebut. Berikut adalah beberapa aspek dari pembelajaran hidup dalam ilmu pengetahuan:

Eksperimen Langsung. Memasukkan eksperimen langsung dan pekerjaan laboratorium ke dalam kurikulum sains memungkinkan siswa terlibat langsung dengan konsep-konsep ilmiah. Ini dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap prinsip-prinsip teoritis dan membantu mereka mengembangkan keterampilan praktis.

Wisata Lapangan. Mengajak siswa melakukan wisata ke lokasi terkait sains, seperti museum, fasilitas penelitian, atau lingkungan alam, memberikan konteks dunia nyata untuk pembelajaran mereka. Wisata lapangan memberikan kesempatan untuk pengamatan, pengumpulan data, dan interaksi dengan para profesional di bidangnya.

Pembelajaran Berbasis Proyek. Memberikan proyek yang memerlukan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip ilmiah pada masalah dunia nyata dapat menjadi cara efektif untuk mempromosikan pembelajaran aktif. Pendekatan ini mendorong berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas.

Integrasi Teknologi. Memasukkan alat-alat teknologi, seperti simulasi, laboratorium virtual, dan sumber daya online, dapat meningkatkan pengalaman belajar. Alat-alat ini dapat menyediakan tambahan jalan untuk eksplorasi dan eksperimen.

Pembelajaran Kolaboratif. Mendorong kerjasama antara siswa merangsang rasa komunitas dan memungkinkan mereka belajar satu sama lain. Proyek kelompok dan diskusi dapat merangsang berpikir kritis dan memberikan perspektif yang beragam tentang topik ilmiah.

Pembicara Tamu. Mengundang profesional dari komunitas ilmiah untuk berbicara dengan siswa dapat memberikan wawasan berharga tentang aplikasi dunia nyata dari pengetahuan ilmiah. Pembicara tamu dapat berbagi pengalaman mereka, jalur karier, dan pentingnya sains dalam berbagai bidang.

Inisiatif Sains. Melibatkan siswa dalam proyek sains warga memungkinkan mereka berkontribusi pada penelitian ilmiah nyata. Partisipasi langsung dalam penyelidikan ilmiah ini dapat menjadi pendidikan dan memberdayakan.

Kepedulian Lingkungan. Menghubungkan pendidikan sains dengan isu-isu keberlanjutan lingkungan dapat menginspirasi rasa tanggung jawab dan kesadaran. Siswa dapat mengeksplorasi dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan mempertimbangkan cara untuk mengatasi tantangan ini.

Lintas Disiplin. Mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan disiplin lain, seperti matematika, teknologi, rekayasa, dan seni (STEM/STEAM), dapat memberikan pemahaman holistik dan terhubung dari dunia.

Living Learning in Science bertujuan untuk membuat proses pembelajaran menjadi dinamis, relevan, dan menarik. Dengan menggabungkan pengetahuan teoritis dengan aplikasi praktis dan pengalaman dunia nyata, pendidik dapat menciptakan pendidikan sains yang lebih mendalam dan berdampak bagi siswa.

Living Engagement

Living engagement adalah pendekatan pembelajaran yang dinamis dan interaktif yang melampaui metode tradisional. Living engagement menekankan partisipasi aktif, aplikasi dunia nyata, dan hubungan yang berarti antara siswa, guru, dan materi pelajaran. Secara ringkas, living engagement dalam pendidikan adalah pendekatan yang bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan menarik, di mana siswa terlibat secara aktif, terhubung dengan aplikasi dunia nyata, dan didorong untuk berkolaborasi dan berpikir kritis. Tujuannya adalah melampaui hafalan dan pembelajaran pasif, membentuk cinta terhadap pembelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam kehidupan nyata.

Aspek living engagement

Partisipasi Aktif. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran melalui diskusi, kegiatan praktis, proyek, dan metode interaktif lainnya. Pendekatan ini bertentangan dengan pembelajaran pasif, di mana siswa mungkin hanya menerima informasi tanpa terlibat aktif.

Aplikasi Dunia Nyata. Pembelajaran terhubung dengan skenario kehidupan nyata dan aplikasi praktis. Siswa didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam konteks yang bermakna, membuat pengalaman belajar lebih relevan dan berharga.

Kolaborasi. Living engagement sering melibatkan pembelajaran kolaboratif, di mana siswa bekerja sama dalam proyek, berbagi ide, dan belajar satu sama lain. Kolaborasi memupuk rasa komunitas dan mendorong perspektif yang beragam.

Integrasi Teknologi. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar sering menjadi komponen dari living engagement. Ini dapat mencakup simulasi interaktif, laboratorium virtual, diskusi online, dan alat digital lain yang membuat pembelajaran lebih dinamis dan menarik.

Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah. Living engagement mempromosikan keterampilan berpikir kritis dengan mendorong siswa untuk menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan membuat koneksi antar konsep yang berbeda. Ini membantu mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi.

Personalisasi. Mengakui dan menanggapi gaya dan minat belajar individu adalah aspek lain dari living engagement. Menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan dan preferensi siswa dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan secara keseluruhan.

Refleksi Berkelanjutan. Living engagement mendorong siswa untuk merenung tentang pengalaman pembelajaran mereka, menghubungkan pengetahuan baru dengan pemahaman yang sudah ada, dan mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *